Ceritanya, hari ini mentengin wallnya Kokinos Te. Aku baca status terakhirnya yang bunyinya ini:
"hujan itu sudah puitis. Apalagi ditulis menjadi puisi"Kalian tentu tahu kalo aku demen banget sama hujan. Dan Te', dia sering kupanggil pujangga. Maka dengan mengucap basmallah aku minta dia bikinin aku puisi tentang hujan. Haha.
Hari ini aku ultah, hari ini hujan, hari ini baca status puitis tentang hujan. Kenapa ndak sekalian berpuisi tentang hujan? Apa? Aku bikin sendiri? *geleng-geleng*.
Biar Te', "Anggap-anggap itu permintaan dari seorang teman lama yang lagi ultah :D", pintaku. "Tunggu diinbox", jawabnya. 20 menit kemudian, jadi! *yeeeeeeay*
Jadilah aku berpuisi, udah kurekam loh. Pake backsound instrumen Serenade pula. Haha alay banget.
Te' bilang, "ini puisi kalo dipublish dibikin aja by-namenya namamu. Special", katanya. Aku terharu. *_*
Cekidot, ini puisinya ! Yang versi suaraku, ndak aku upload. Khawatir ada yang jatuh cinta sama suaraku yang bombastis. *hiyaaaa* hehe.
Bu.. riuh aku. Rebah rasaku dihujani ketiadaan.
Ditindih oleh segaris bayang-bayang yang jatuh dari langit tanpa daya.
Bu.. Dimanakah aku jika kecil masih menyusu, besar masih memanggui mu,
dan kini aku di dua puluh dua rasaku, masih tiada daya tanpa mu.
Jalan-jalan panjang basah.
Lesap satu per satu, tinggal jalan di hadapan, yang entah.
Mendung membawa kabar:
betapa sulit waktu 'kan merajam, betapa samudera 'kan membanjiri kenangan dengan segenggam sauh
membadai di sudut cerita.
Bu..
Ranumkan restumu,
kelak, 'kan 'ku tajahkan seratus cita-cita,
yg engkaulah muaranya..
-1911-12
Dua Puluh Dua tahunku__Te'
Buatku, ini keren. Puisinya. Thanks ya, Te'. :D
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih untuk komentarnya ^_^