Tak ada gading yang tak
retak. Selama kita masih seorang manusia, kesalahan, kelalaian, kekhilafan,
selalu saja menyertai. Akan tetapi, keretakan pada gading, sangat bisa untuk
kita rekatkan, sehingga gading kita, setahap demi setahap, akan menjadi gading
yang sempurna,
Manusia yang baik
adalah yang mampu memberi kritik kepada diri sendiri -bahkan- sebelum orang
lain menyadari bahwa kita ternyata melakukan kesalahan. Bukan justru senantiasa
melegitimasi diri sendiri, menjustifikasi apa yang kita lakukan –meski salah-
sebagai sebuah kebenaran. Jika kita memang bersalah dan menyadarinya, maka hal
tersebut telah sukses menempatkan diri kita sebagai pembohong. Sementara jika
ternyata kita tak menyadarinya, maka kita telah terjebak pada kebutaan mata
hati.
Ada kalanya kita harus
merenung, menyendiri, dan dalam kesendirian itu pasanglah slide dan proyekor
batin kita. Kita tayangkan film yang telah tersimpan dalam memori kita. Kita
tonton film kita, dan kita posisikan diri kita sebagai penonton yang tengah
menonton sebuah film dengan diri kita sebagai pemeran utamanya. Segala
aktivitas kita pun akan masuk dalam proses analisis kita. Berbesar hatilah
untuk mau mengikuti kelemahan-kelemahan yang kita miliki, dan merendahlah jika
ternyata kita mampu menggoreskan sebuah prestasi -karena semua itu tak lepas
dari izin Alloh, kemudian juga peran orang-orang yang ada di atas kita.
Oleh sebab itu, Umar
bin Khatab ra. Berkata, “Hisablah diri
kita sebelum kita menghisab orang lain.”
Namun ketika kritikan
itu telah sampai kepada kita, maka renungkanlah, pelajarilah. Jika memang benar
adanya, maafkanlah diri kita yang memang fitrahnya adalah tempat segala khilaf.
Maafkan diri kita, dan bersungguh-sungguhlah untuk merubah apapun yang dikritik
orang lain tersebut menjadi sesuatu yang lebih baik. Teguhkan dalam hati bahwa
kita pasti bisa merubahnya, sedikt-sedikit.
Banyak orang yang patah
di tengah jalan, karena kritikan dari orang lain. Orang semacam itu, biasanya
menganggap dirinya selalu benar, sehingga ketika orang memperlihatkan
ketidakbenaran dalam dirinya, ia akan tersinggung. Kita harus proporsional juga
dalam menyikapi kritik. Jangan sampai kritikan yang muncul justru membuat diri
kita kehilangan rasa percaya diri dan memutuskan untuk berpaling dari segala
sesuatu yang telah kita yakini kebenarannya. Bagi orang yang telah memahami
dirinya dengan baik, dan memiliki serangkaian program pengasah potensi diri,
kritik akan menjadi salah satu batu asah, yang membuat pisau kita semakin
tajam. Bukan palu godam yang membuat kita remuk, namun juga bukan karat yang
membuat pisau itu menjadi tumpul.
Menasihati diri sendiri
_150312
Menasihati diri sendiri
_150312