15 Maret 2012

Merekatkan Gading yang Retak

Tak ada gading yang tak retak. Selama kita masih seorang manusia, kesalahan, kelalaian, kekhilafan, selalu saja menyertai. Akan tetapi, keretakan pada gading, sangat bisa untuk kita rekatkan, sehingga gading kita, setahap demi setahap, akan menjadi gading yang sempurna,


Manusia yang baik adalah yang mampu memberi kritik kepada diri sendiri -bahkan- sebelum orang lain menyadari bahwa kita ternyata melakukan kesalahan. Bukan justru senantiasa melegitimasi diri sendiri, menjustifikasi apa yang kita lakukan –meski salah- sebagai sebuah kebenaran. Jika kita memang bersalah dan menyadarinya, maka hal tersebut telah sukses menempatkan diri kita sebagai pembohong. Sementara jika ternyata kita tak menyadarinya, maka kita telah terjebak pada kebutaan mata hati.

Ada kalanya kita harus merenung, menyendiri, dan dalam kesendirian itu pasanglah slide dan proyekor batin kita. Kita tayangkan film yang telah tersimpan dalam memori kita. Kita tonton film kita, dan kita posisikan diri kita sebagai penonton yang tengah menonton sebuah film dengan diri kita sebagai pemeran utamanya. Segala aktivitas kita pun akan masuk dalam proses analisis kita. Berbesar hatilah untuk mau mengikuti kelemahan-kelemahan yang kita miliki, dan merendahlah jika ternyata kita mampu menggoreskan sebuah prestasi -karena semua itu tak lepas dari izin Alloh, kemudian juga peran orang-orang yang ada di atas kita.
Oleh sebab itu, Umar bin Khatab ra. Berkata, “Hisablah diri kita sebelum kita menghisab orang lain.”
Namun ketika kritikan itu telah sampai kepada kita, maka renungkanlah, pelajarilah. Jika memang benar adanya, maafkanlah diri kita yang memang fitrahnya adalah tempat segala khilaf. Maafkan diri kita, dan bersungguh-sungguhlah untuk merubah apapun yang dikritik orang lain tersebut menjadi sesuatu yang lebih baik. Teguhkan dalam hati bahwa kita pasti bisa merubahnya, sedikt-sedikit.

Banyak orang yang patah di tengah jalan, karena kritikan dari orang lain. Orang semacam itu, biasanya menganggap dirinya selalu benar, sehingga ketika orang memperlihatkan ketidakbenaran dalam dirinya, ia akan tersinggung. Kita harus proporsional juga dalam menyikapi kritik. Jangan sampai kritikan yang muncul justru membuat diri kita kehilangan rasa percaya diri dan memutuskan untuk berpaling dari segala sesuatu yang telah kita yakini kebenarannya. Bagi orang yang telah memahami dirinya dengan baik, dan memiliki serangkaian program pengasah potensi diri, kritik akan menjadi salah satu batu asah, yang membuat pisau kita semakin tajam. Bukan palu godam yang membuat kita remuk, namun juga bukan karat yang membuat pisau itu menjadi tumpul.

Menasihati diri sendiri
_150312