21 Juli 2014

[Efek] Diceng-cengin



 
“Ciee Anggun sama Dido ciee… “

*anggunbengong*

“Ciee bajunya sama-sama meraah. Iih janjian yaa....”

*anggunjadibingung*

“Dido, Anggunnya tungguin dong… jangan ditinggalin. ”

*anggun:whaaat??*

“Dido, Anggun minta digendong niih..”

*mati*


Fyi : Dido itu teman ngajiku jaman kelas 6 SD, dan yang melakukan pembulian itu teman-temanku yang lain. Aku juga baru ngeh, jaman baheula bullying ternyata udah ngetrend di kalangan anak-anak TPA.  Dan benar-benar baru ngeh, ternyata disana aku diposisikan sebagai korban. -.-

Namanya Ceng-ceng, jenis bullying ini khusus ditujukan buat calon ‘pasangan cinta’ (oh come on, ini istilah ngeri banget ga sih?) yang berpikir ‘mau dibawa kemana hubungan ini’ aja belum (arrgh istilah apalagi ini?!), apalagi memasuki prosesnya. Dan sakitnya, pelaku ceng-ceng ini melakukan aksinya cuma untuk senang-senang, seru-seruan, dan berkelompok. Ketika  menemukan kedua korban yang dirasa  COCOK,  meski kadang sama sekali ndak mendasar, mereka mulai mencie-ciee setiap polah yang dilakukan kedua korban.  Mereka ini merasa paling tau isi hati korbannya. Isi hati yang terpendam… semacam… ah, berat banget mau bilang istilah Cinta. Yang dibahas aja anak kelas 6 SD. T____T

Tapi UNWIM. Semua orang pernah diCeng-cengin. Pernah kan? Ah masa’ belum pernah? Soalnya kalau belum pernah mau aku ucapin selamat sambil nyodorin seikat mawar. Kamu beruntung. Karena buatku Ceng-ceng itu suatu perilaku sosial yang merugikan. Merugikan perasaan korbannya. *eaaa.

Kita lanjutkan cerita Anggun Kecil-nya. Mungkin, mungkin ya, kalau sekali-duakali doang diceng-cenginnya, hati Anggun Kecil ndak akan berpengaruh apa-apa. Tapi berhubung saban pulang TPA diceng-cengin sama Dido, timbulah vibrasi-vibrasi disana, dengan frekuensi yang semakin lama semakin besar. Hingga oneday, Anggun Kecil nyaris terjun bebas kepada Pacaran. Ya, ini memang gila. Kalau bukan karena Allah sayang, mungkin saat itu Anggun Kecil nurut saja ditarik-tarik teman-temannya menuju suatu tempat yang disiapkan untuk  dilakukan aksi “Penembakan”. Yaa Tuhaaaaan! *ngusapmuka*. Tapi kemudian muncul sebuah ide cemerlang:

“Tunggu sebentar, saya kebelet pipis.” Kemudian Anggun Kecil gak balik lagi. AHAHA

Tapi, Anggun Kecil akui, saat itu ia telah menyukai Dido.

Perasaan macam apa itu? Ntahlah. Aku lupa, mungkin Anggun Kecil pada akhirnya merasa tersiksa, bayangkan, masih sekecil itu sudah bisa-bisanya merasakan sakitnya memendam perasaan. Yang besar aja belum tentu kuat. *kyaaaCurcol. Kalau sekarang sih gampang, semuanya yang telah terjadi anggap saja hal yang konyol. Cerita cinta jaman SD, semana pentingnya sih? Cuma bisa ditertawakan sewaktu-waktu.

Itulah sisi lain Ceng-ceng yang mengerikan. Tentu, dibalik sisi yang menyimpan keseruan yang luar biasa, khusus bagi si pelaku. Aku mengatakan semua ini bukan berarti aku bebas dari perilaku menCeng-cengin teman-temanku. Karena seiring Anggun Kecil beranjak dewasa, ia menjadi andal dalam urusan satu itu. Haha, kok bisa sih? Yaa namanya hidup, kadang di atas kadang di bawah, kadang jadi korban kadang jadi pelaku. Susah ditebak.

Waktu berjalan terus, ceng-ceng demi ceng-ceng (Btw, gw mulai geli sama istilah Ceng-ceng yang disebut berkali-kali. ~o~) telah dilalu Anggun Remaja. Baik posisinya sebagai korban maupun pelaku. Tapi sependek ingatanku, selama SMA aku ndak pernah diceng-cengin yang parah. Mungkin pada segan kali yah ceng-cengin anak Rohis? Idiw. Tapi masa remaja masih panjang, setelah kuliah barulah Anggun Muda terkontam lagi dengan perilaku tak bertanggung jawab satu itu. hoho

Kalau dulu jaman SD, dicengcengin parah masih bengong gak paham. Polos. Kalau sekarang, masih sedikit bisa nyantai sih tapi diakui atau nggak, pasti ada tambahan dilemanya. Mau dicuekin (pelakunya) ? ah temen sendiri, mau diasyikin (Maksudnya ikut nyebur kepada seru-nya si pelaku membuli), nanti keterusan. Fitnah. Disangka senang beneran. Masalahnya ini bukan lagi cerita anak SD yang perasaan ‘suka’ belakangan bisa dianggap cerita konyol. Kalau secara  kebetulan korban satunya memang ‘TIPE GUE’ banget, kyaaaa gawat kan? hati terjangkit virus merah jambu adalah kemungkinan yang wajar, yakin deh kalau udah begitu urusannya bakalan beribet total. Minimal kalau secara sadar korbannya sudah merasakan ada sesuatu, dia pasti buru-buru menghindar. Pergi jauh-jauh untuk menetralisir perasaan. Meski entahlah usahanya bakalan bekerja atau tidak, tapi seenggaknya pasti dicoba. Maka, pertemanan jadi ndak seharmonis dulu, terlebih bagi kedua korban. Jadi gak enakan. Pelaku? Ah mereka sih yang penting seru. Setelah kira-kira korbannya ndak merespon, mereka berhenti. HABIS PERKARA.  Padahal siapa yang tau ada perasaan yang tertinggal disana? Perasaan terlanjur suka. Perasaann yang menyusahkan. Korban disini anggaplah Anggun,  yang di kamus hidupnya ndak ada tuh istilah Pacaran. Yang ketika suka, hanya dipendam. Suka, dipendam. Makin suka? makin dipendam dalam-dalam. Duh.

Sakitnya lagi, ketika kita mencoba klarfikasi kebenaran gossip yag terlanjur beredar, atau menegur pelaku baik-baik. Kebanyakan berdalih : “Ah, becanda doang kali.. sorry sorry kalo lo terganggu” Udah. Begitu disebut perilaku yang gak bertanggung jawab kan? Iya kan?

Jadi paham kan dimana letak merepotkannya diceng-cengin?

Nicholas Sparks berkata :

The Greater The Love, The Greater The Tragedy When It's Over -

Padahal manusia mana yang pingin melewati tragedi besar saat harus mengakhiri perasaan? Ah aku ndak mau bahas sesulit apa itu, yang jelas kekhawatiranku ndak pernah luput selama melalui resiko >> mengabadikan orang yang salah dengan mengenangnya terus-terusan di dalam hati <<  Efek yang mengerikan.

Jadi guys, ada baiknya kita mulai berhenti ceng-cengin orang lain deh. Kalau kamu kira mereka cocok untuk menikah, monggo dibicarakan empat mata. Tanpa orang lain yang mendengar, karena itu bisa menjadi fitnah. Aku rasa sangat manusiawi sekali ketika kamu mengatakan maksud baikmu dengan memenuhi kaidah-kaidah kepatutan. Ndak sekedar menciecie di depan umum, membuat orang lain beransumsi yang tidak-tidak. Dengan begitu, siapapun akan merasa dihargai. Bukan hanya tujuan yang kamu rasa baik, tapi caranya juga kudu baik. Dan detik ini aku berjanji, akan mengakhiri kebiasaan ceng-cengin orang lain hanya untuk  kesenangan semata. Hehe, semoga Allah mudahkan.

Udah, segini aja dulu  tentang ceng-cengan. Semoga bermanfaat.

 ~~~ 


*Betewe, ada yang penasaran sama kabarnya Dido? Hehe terakhir beberapa taun lalu kudengar dari tetanggaku, dia sudah menikah dan punya seorang anak. Mungkin sekarang udah dua kali yah anaknya. Haha. Apapun, semoga dia ndak keselek aku bicarakan disini :D 
Oiya, Dido itu bukan nama sebenarnya :D

2 komentar:

Terimakasih untuk komentarnya ^_^