3 Februari 2014

Pisah



Setelah bertemu, sebaiknya siapkan diri untuk berpisah” Sebenarnya udah basi dengar kalimat sejenis ini. Dimana “bertemu” selalu aja mepet sama “berpisah”. Tapi sebasi-basinya kalimat ituh, tetap aja aku bakalan galau kalo akan pisah sama sesuatu -yang sadar atau gak- udah membuatku nyaman. Mungkin dak aku aja, kamu juga. Berpisah itu bikin kita bête dan gak lagi semangat ketawa, ya kan? Dan coba perhatikan, semua perpisahan selalu berawal dari “keterpaksaan”, “mau bagaimana lagi”, atau “apa boleh buat”. Yang jelas, salah satu hal pertama yang harus dilakukan adalah ikhlas. Betapa perasaan ikhlas sangat bermakna ketika aku harus membiarkan sesuatu yang istimewa menjauhiku. “yaudasi…” begitu kata hatiku.


Pertemuan itu bagian dari takdir, dan perpisahan adalah kepastian. Ketika kita bertemu dengan apapun itu, merasa nyaman dengannya atau tidak, merasa memilikinya atau tidak, kita harus memahaminya sebagai suatu takdir yang selalu ada akhir. Dan Allah Maha Tahu kapan waktu yang tepat untuk mengakhirinya. Memisahkan kita darinya. Kemudian hal lain yang harus diingat adalah: apapun yang Allah ciptakan termasuk takdir pertemuan, kemudian perpisahan, keduanya hal yang mustahil sia-sia. Tinggal bagaimana usaha kita untuk menjadi sensitif terhadap hikmah yang selalu ngintil di belakangnya. :’>


Semoga bisa lebih belajar untuk peka akan pesan yang tersembunyi di tiap paparan kejadian yang kualami, termasuk tentang perpisahan yang belakangan menjadi kebiasaan ini.  Semoga. ^.^


_Doa
31/01/14

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentarnya ^_^