27 April 2016

Berbincang dengan Masa Lalu

Halo, Masa Lalu.

Mungkin memang seharusnya kita bicara, mengatakan yang perlu dikatakan, membuka apa yang menjadi tabir, melepaskan ganjalan di pintu ikhlas. Bukan, bukan karena segalanya belum usai, tapi ada hal baik yang mungkin terjadi setelah pembicaraan ini selesai : kelapangan hatiku.

Beberapa hal baik tentangmu telah kusyukuri. Mengalamimu adalah fase indah dalam hidupku. Bayangkan jika manusia tidak dianugerahi ingatan tentangmu, istilah guru terbaik sepanjang peradaban bisa jadi tak pernah ada. Ialah pengalaman.

 Denganmu, tidak ada yang tertinggal kecuali yang  istimewa, dan aku selalu bersyukur pada Tuhanku. Kau memberi pemaknaan bahwa hidup bukan hanya tentang hasil tapi proses, bukan hanya tentang pencapaian tapi tantangan, bukan hanya tentang kemudahan tapi hal sulit. Kau, satu alasan yang membuatku betah berlama-lama berdiam dengan segudang bayanganmu di kepalaku, senyum di wajahku, dan rytme seru dalam kata-kataku. Tapi kau juga alasan sama yang membuatku berjanji, tak kan ada satu-dua pengulangan di beberapa bagian lagi di kemudian hari. Haha. Bukankah setiap hal selalu mempunyai dua sisi? Begitu juga denganmu, masa lalu. 
Dan atas pengalaman kebersamaan kita, aku belajar tentang apa yang sebaiknya kuingat dan sebaiknya kutinggalkan dengan segera.

Masalalu, mau kuberitahu?
Ada sesuatu yang ingin sekali kulupakan tapi kau enggan mengiyakan. Hingga aku semakin yakin, bahwa tidak selamanya engkau menjadi hal terjauh untuk dijangkau.. Karena di beberapa titik masa, justru kau lari mengejar kami : Manusia bersama alam bawah sadarnya.

Enggan sekali kuruntuhkan egoku untuk mengakui, bahwa saat ini kudapati diriku terusik dengan satu masa olehmu . Satu waktu. Satu cerita. Mungkin juga perasaan. Tidakkah kau tau? Aku sedang berdiri di tebing antara kau dan mimpi-mimpi besarku bersama satu titipan berharga, seseorang (?) yang akan segera tiba. Kusebut ia cinta. Maka , aku perlu berdamai denganmu. Rasakan kesungguhanku.

Masa Lalu,
Aku hanyalah manusia dengan segala kefanaan. Kesalahan-kesalahan yang murni karena ketidaktahuan, kebodohan, dan banyak kelalaian, tentu saja  ada untuk mengajarkan bahwa: Ketidakmampuan manusia menampik bagian kecil dari dirimu adalah bentuk ketidakberdayaannya. Maka apakah pantas kami congkak melencengkan hikmah yang kau simpan selama ini?
Tuhan... untuk menaklukkan masa yang telah lalu pun kami tak mampu.

Masa Lalu,
Kemarilah, peluk aku erat, kita berdamai saja. Setelah ini hanya ada kelapangan hati. Dan kau bisa kembali ke posisi semulamu.
Yang terjauh untuk dijangkau.
Karena posisi terdekat, telah dimiliki oleh :
Kematian.



:)
Masa Lalu, Aku, dan Berhenti Menjebakku.
26 April 2016. Kamar Kost, tepat setelah satu tabir hati tersingkap.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih untuk komentarnya ^_^