30 Agustus 2012

My Beloved Pet, Hose T.T (dia Mati)


Kehilangan selalu memberi kesan menyakitkan. Itu yang kutahu. Bahkan ketika kehilangan hewan peliharaan sekalipun.  Eh tunggu. Bukan hewan piaraan, tapi Hewan Asuhan. Ya, karena sudah 10 bulan lebih Hose kuasuh, kujaga, kumomong, supaya menjadi ikan yang baik dan mengerti sopan-santun. Hasilnya, Hose tumbuh menjadi ikan yang beradab, penurut, dan tidak menuntut. Hose adalah tipikal ikan pendengar yang baik. Itu yang terakhir kutahu, sebelum ia mati.
Dulu, untuk mendongkrak popularitasnya, Hose sering kujadiin topik statusku di facebook, twitter, dan lebih sering lagi fotonya aku pajang jadi DP bbm. Biasanya bikin pm: “Hose unyu udah ganteng abis ganti air.” #eaaa. Dan gak ada yang komen. 

Masa Lalu Hose
Fernando Hose, seekor ikan yang selama dalam masa pengasuhanku kusebut ia sebagai “Ikan Mas”, -ternyata baru kemarin  kutahu bahwa dia adalah jenis Ikan “Komet” (katanyasih)- tinggal di aquarium bulat lonjong berdiameter 20 senti. Selama 10 bulan terletak begitu saja di sebelah TV di ruang tengah kontrakanku. Awalnya dia tinggal bersama 2 saudara miripnya (Mau bilang saudara kembar tapi gak yakin dari rahim yang sama), sebelum akhirknya keduanya tewas mengambang sambil kayang. Tinggalah Hose sebatang kara di aquarium yang permukaannya kupercantik dengan kerikil bulat warna-warni yang sempat bikin anak tetangga jerit-jerit sambil nunjuk2 batu-batu tersebut, lalu antusias bilang: “Waaah Cha-cha ada di aquarium!!! Cokelat Cha-cha ada di aquariuumm!!” Mendengarnya, aku bengong. -.-

Perawatan Hose
Sudah kukatakan sebelumnya, Hose anaknya gak banyak nuntut. Dia cukup diberi makan 3 kali sehari, masing-masing 12 butir. Ganti air seminggu sekali. Dan kalo ditaruh di wadah yang kecil, kudu 24 jam asupan oksigennya terpenuhi. Gampang kan? Gampang! Tapi repot ketika aku harus meninggalkan kontrakan selama beberapa hari, bisa karena pulang kampung atau urusan kampus. Biasanya Hose aku titipkan ke teman sekontrakan yang kebetulan tidak kemana-mana (FYI: Aku mengontrak bersama 7 temanku). Mereka semua sudah aku angkat sebagai tante dan uwaknya Hose. ^_^ (Walau mereka nolak. Terserah).

Ini Hose lagi berenang-renang. Waktu itu gue lagi pulang. Mb Nupe' yg rekam.

Jenis Kelamin Hose
Banyak teman-teman yang protes karena Hose gak aku kasih teman berenang. Mereka bilang aku udah melanggar HAH (Hak Asasi Hewan)  karena gak kasih dia pasangan biologis. Kupikir, Hose udah punya aku sebagai temannya, majikan baik hati yang hampir tiap hari ngajakin dia ngobrol (Meski ekspresi Hose Cuma melotot).  Dan teman-temanku tambah protes, dan bilang; “Kalo elu terserah deh ya mau sampe kapan. Tapi Hose jangan lu bikin jomblo seumur hidupnya dong?”. Dengar itu, akhirnya aku ngaku, sebenarnya alasan utama kenapa selama ini Hose gak aku kasih pasangan adalah karena aku gak tau dia itu jantan atau betina ^_^v. Tunggu-tunggu, jangan protes dulu.. Aku mana tau dia cewek atau cowok, coba? Kalo manusia insya Allah aku tau luar-dalam.. #eh  (Maaf, ini karena aku sekolah di kesehatan. Sekali lagi maaf), nah kalo ikan?  
Hose, pertama kali kulihat fisiknya yang berotot, (Oya, perlu diketahui kalo Hose ini mempunyai permukaan perut yang sixpack), jadi kupikir dia jantan, maka kunamai dia Fernando Hose. Kalo doyan nonton Telenovela, pasti deh nebak kalo Fernando Hose itu nama suaminya Rosalinda? Yak… benaaar!! Kenapa bisa dia?? Gak tau. Aku juga gak tau. Maaf, untuk hal ini aku gak bisa kasih alasan yang memuaskan dan selogis alasan2 lainnya. 
Sampai akhirnya, hadirlah seorang teman yang di masa lalunya pernah dipanggil “Ikan” oleh teman-teman SMAnya karena ayahnya berbisnis di sektor perikanan (Hemm, katakanlah begitu). Dia memberitahuku sesuatu yang amat penting bagi kelanjutan generasi Hose mendatang. Yaitu: “Cara Cepat Mengetahui Jenis Kelamin Ikan”. Wah, aku antusias sekali. Dia ngasih quote ke aku, katanya:  

“Dibagian perut itu terdapat tanda-tanda kekuasaanNYA, berupa titik hitam yang kamu akan kesulitan menemukannya. Yang demikian itu adalah ciri-ciri ikan jantan. “ (Bab Ikan: 01) 
Becanda. Sebenarnya begini: 
Kamu liatin aja bagian perut ikan itu. Kalo dekat lubangnya ada titik hitam, berarti dia jantan. Kalo gak ada, berarti dia akhwat #eh Pokoknya titik hitam. Cari titik hitamnya.
Kira-kira begitu. Begitu sampai di rumah, aku ubeg-ubeg aquarium untuk menangkap Hose. Sempat terjadi perlawanan sengit dari Hose sih, tapi akhirnya aku berhasil menghancurkan pertahanan Hose dan mencabik kehormatannya *apasih*. Lalu kugenggam tubuh Hose dan kubalik dia. Di belakangku ribut-ribut suara teman-teman satu kontrakan. “AnggunJorook..” kata mereka.  Aku bingung, apanya yang jorok, coba? Aku fokus saja mencari titik hitam. Aku yakin Hose jantan. Aku cari, cari, menyipitkan mata supaya fokus, aku liat wajah Hose,  dia megap-megap, aku cari lagi, fokus, titik hitam, mana titik hitam.  Tadaaaa! Tidak ada titik hitam. Oke, Hose itu betina. Ternyata selama ini nama sejantan “Fernando Hose” telah aku sematkan pada seekor betina. Oke, gapapa. Aku baik-baik saja. 

Juan Rose
Setelah mengetahui jenis kelamin Hose, dan mendapat lebih banyak tekanan dari berbagai pihak, akhirnya kuputuskan untuk mencari pasangan bagi Hose. Tentu, dia harus seekor ikan yang cukup baik dan sholeh untuk dijadikan pendamping hidup Hose. Masih dengan seorang temanku yang tadi, dia menyumbangkan sebuah nama yang dia juga gak tau artinya apa. Tapi terdengar bagus dan cocok untuk disandingkan dengan ke-bombastis-an nama Hose.  Namanya adalah: “Juan Rose” (tepuk tangaaan.. *plok *plok *plok). Deal! nama pasangan Hose adalah Juan Rose. Aku cari ikannya, aku dapat. Tapi sayang, baru dua hari mereka bersama, bahkan aku ragu mereka udah saling cerita tentang riwayat keluarga atau belum, tiba-tiba Juan mati. T.T
Disanalah keyakinanku bertambah, mungkin Hose ditakdirkan menjomblo sampai majikannya menikah. Hahahha Tapi ada yang bilang, Juann mati karena kebanyakan dibuli Hose. Ntahlah, itu rahasia Tuhan.


Ini waktu gue dikabarin kalo Juan meninggal T.T



 
Kematian Hose
……………………………………………………………………………
30 Agustus 2012, 06.44 WIB
*Ketik-ketik sms
To : Dodoy 3
Doy, di rumah kaaan? Gw mau jemput hosee.”
(No Reply)

Menerka: Kemungkinan Dodoy belum bangun.
Dodoy adalah teman dekatnya temanku, dia tinggal di rumahnya bersama seorang teman bernama Prass. Aku menitipkan Hose yang kutinggal 3 minggu karena libur lebaran. Dodoy sendiri berdomisili di rumah itu, jadi tidak ada kekhawatiran buatku meninggalkan Hose pada mereka.
……………………………………………………………………………
Pukul 09.39 WIB
Tongteng  #Suara sms masuk.
From : Dodoy 3
            “Siang aja Nggun, gw lagi di luar.”
Reply:
“Iya, Doy..”

…………………………………………………………….
Pukul: 11.01 WIB
Genjreng.. Genjreng #Suara handphone. Panggilan masuk
from: Dodoy 3
Tuuts *Angkat telepon.
            “Nggun, dimana lo?”
            “Gramed. Napa?”
            “Jam berapa kesini?”
            “Katanya siangan? Tar lah, gw balik dari Gramed ya..”
            “Buruan ya, Nggun. Ada sesuatu. Hehe Nggun, lo udah makan?”
            “Gw puasa, Doy. Ada apaan lah?”
(Nanyain udah makan atau belum adalah basa-basi Dodoy yang paling populer)
            “Waah, kalo puasa mah gak boleh nangis dong? Batal nanti.”
            “Kok nangis?” (Dodoy diem) “Doy jangan becanda ya!”  
(Detak jantungku mulai ngaco)
            “Makanya buruan kesini. Gw gak becanda ini. Hehe. Itunya masih ada kok”
            “Dooy!  Hah? Itunya apaan?” *panik
            “Pokoknya buruan kesini” 

*Kata yang di bold underline merupakan kode mencurigakan.
Telepon kututup. Aku galau. Galau total. Yang tadinya antusias pilih-pilih buku, jadi gak nafsu lagi. Kartika, teman yang saat itu bersamaku di Gramed sungguh pengertian. Buru-buru dia menetapkah hati pada buku yang akan dibelinya. Lalu kami ke kasir. Bayar. Dan cusss.. ke rumah Dodoy.  Di perjalanan menuju rumah Dodoy aku rada lost focus, di jalan raya motorku hampir nabrak, sempet juga salah jalur. Aduuuh saat itu aku mulai mengira-ngira dan menabahkan hati. Kalau benar Hose mati, aku gak akan pelihara ikan dulu untuk waktu yang lama. Dan tau gak sih, langit gelap banget… Gerimis! Kayaknya faham betul sama perasaanku. Seolah rintik2 gerimis menepuk-nepuk pundakku *puk.. *puk.. dan bilang “Sabar ya”, begitu. Kujawab dalam hati: “Kalo mau menghiburku, kasih hujan doong..” (hehe Nggak ding :D)
Sampai. Aku disuruh masuk.  Disana ada Dodoy dan Prass, di depan mereka terdapat sebuah bak kecil yang isinya 5 ekor ikan. Dua ikan mas koki, tiganya ikan sejenis Hose. Tapi bukan Hose. Aku diminta Dodoy untuk liat-liat 5 ekor ikan itu. Jangankan liat-liat, aku ngelirik bentar aja sudah tau kalo disana gak ada Hoseku. Seolah semua kekhawatiranku terjawab sudah, pikiranku kacau, menangislah aku.
            “Mana Hose, Doy?” *sambil bercucuran airmata*
            Dodoy mulai berdiri-duduk-berdiri  sambil garuk-garuk kepala. Mungkin kakinya pegal dan kepalanya gatal, ntahlah, lalu dia menyuruh Prass menjelaskan padaku.
             “Aduuh, gw gak tega..” kata Prass.
            Aku makin nangis.
            “Baru tadi pagi, Nggun…!!! Sumpah aja!”
            Airmataku tambah banyak.
Mereka berdua bergantian menceritakan kronologi kematian Hose padaku, itu menyesakkan sekali. Ujung jilbabku basah oleh airmata, ujung lengan bajuku  basah oleh ingus. Itu jorok, tapi bodo’. Darurat.

Prass mulai bercerita…
“Jadi Nggun, kita kan nobar semalem, jam 1, minep.”
”Naah, Hose masih sehat sorenya..”
“Jangankan sorenya, sebelum kita pergi aja Hose masih sempet gw kasih makan.”
“Kita pulang jam 7, trus tidur. Gw gak sempet baca sms lu yang pertama. Nah, bangun-bangun pas gw liat, Hose udah belajar kayang, Nggun. Mokad!” T.T “Beneran, ngeliat itu kayaknya darah gw turun semua ke kaki. Langsung nyalin gw ngajak Prass keluar. Kita ubeg-ubeg bandar lampung,  toko ikan gak ada yang buka. Akhirnya dapet juga.”
“Dimana?”
“Di depan Chandra.” T.T
“Nah, udah gitu gw lupa Hose kayak apa. “
“Iya Nggun, masa’ kata Dodoy ikan lu ikan mas koki? Padahal kan komet.”
“Apa Prass?”
“Komet. Kata yang jual sih gitu..” (Ooh) “Dodoy masih ngeyel, akhirnya kita beli aja Kokinya dua.”
“Nah itu yang tiga susah juga dapetnya. Gw tanya ke penjualnya, ada gak komet yang mirip Hose, yang panjang badannya 3 jari, n panjang ekornya 4 jari. Kata penjualnya cari aja.”
T.T
Yaudah, dapet deh 5.”
“Sorry ya, Nggun..”
“Iya, sorry ya..”
“Bawa aja semuanya, Nggun. Penghibur elu..”
Aku udah gak nangis lagi sewaktu mereka cerita betapa susahnya nyari pengganti Hose. Dari nyari toko ikan yang jauh banget di depan Chandra, padahal di Raja Basa ada banyak. Trus sampe Dodoy ngukur panjang badan dan ekor Hose pake jari, supaya sebiasa mungkin ikan pengganti itu mirip Hose. Dan akhirnya mereka beli 5 ekor ikan dari dua tempat yang berbeda, yang sebenarnya sama skali gak ada yang kayak Hose. Ya sudahlah, itu niat baik. Yang tadinya aku gak berniat lagi piara ikan, akhirnya kubawa dua dari lima ekor ikan yang berenang-renang galau dalam bak kecil di depan kami.  Tiga lainnya, Dodoy sama Prass harus bertanggung jawab, ngapain juga beli ikan banyak-banyak. -__-

Oh iya, sesampainya di kontrakan, Hose langsung aku kubur di bawah pohon depan kotrakanku. Mayat Hose masih segar saat mereka kasih ke aku. Kasian, gak ada yang dampingi ketika Hose sakaratul maut. Semoga dia mati dalam keadaan khusnul khotimah, aamiin.. 

Satu lagi, semoga  siapapun yang baca  tulisanku ini, jika mempunyai hewan asuhan, akan jadi lebih sayang pada hewan asuhannya. Tapi jika belum punya, udah, jangan mengasuh hewan apapun. 

Ini dia, Fernando Hose

Ini Hose bersama seekor Saudara Miripnya. Yang satu lagi ndak kefoto.

Hose sedang memandang jauh ke luar kaca. Lihat! imut ya dia :D


Aku suka banget sama foto ini. Ekor Hose eksotis banget deh.


Ditoel-toel, Hose menggeliat. Dia senang main.


Sesaat sebelum Hose dikubur T.T *Innalillahi...*

1 komentar:

Terimakasih untuk komentarnya ^_^